Kau dan Aku

| Wednesday, December 26, 2012 | 0 comments |
Sekarang kita sama-sama tersesat
Sulit menemukan tempat tuk bersinggah
Dalam jarak tak sebenarnya kita terpisah jauh
Namun percayalah sesungguhnya kita berhadapan
Bahkan tahukah kau, aku dapat membaca kartumu
Tak perlu ada yang kau tutup-tutupi
Aku tahu kapan waktunya kau menang dan kapan kau akan kalah

Kini aku dalam perjalanan datang kepadamu
Sabarlah, kasih
Tak peduli yang terjadi
Meski hambatan banyak menghalang
Aku sedang menuju dirimu
mencoba menjalin kembali koneksi antar kau dan aku

Tapi kini sepertinya kesabaranmu mulai habis
Tak bisakah kau memberi ku waktu sedikit lagi
Mengapa justru kau ungkit janji yag tlah lalu
Kini waktunya menghadapi yang kini
Dan yang esok
Bila esok pagi aku tak terbangun dari tidurku
Jangan paksa aku melompat bersamamu
tapi kau dapat pegang janjiku
Langkahku adalah bersamamu

Gagal Poker

| | 0 comments |
Sungguh aku murka
Ketika tinggal kugapai bahagia bersamamu berdua
Ketika tiba waktunya kulucuti segala milikmu

Lagi-lagi yang kujumpa hanya ketidakpasan
Kau sudah siap duduk disana
Namun kehadiranku yang tak bisa kupastikan
Aku masih terjebak

Hingga akhirnya ada orang lain yang telah datang menemanimu
Namun aku tahu setiamu padaku
Kau pun pergi dari sosok yang lain itu
Dan mencarikanku tempat untuk berdua denganmu

Gagal Connect

| Tuesday, December 25, 2012 | 0 comments |
Tak sanggup lagi bila harus menunggu
Masuk setahun lamanya
Kluarpun tak jauh beda
Meski tlah berkali-kali kucoba ulang
menampilkan yang baru

Berkali-kali kucoba masuk ruang yang berbeda
Tak juga kutemui keadaan yang tepat
Aku terjebak

Cerpen Nyelip : Embun dan Bintang

| | 0 comments |



Tubuhku membeku ketika mataku menangkap sosok itu. Sosok yang kurindu sekaligus ingin kuhapus dari kenanganku yang telah terlanjur abadi. Sosok yang kini mulai melangkah mendekat, perlahan namun tegas. Hingga tanpa sadar aku mulai melangkah mundur. Aku belum siap bila harus kembali menatap wajah itu setelah lebih dari 1 tahun aku mencoba mengusir bayangannya, meski berakhir dengan hanya menyembunyikan sosoknya dibalik ingatanku yang lain. Namun kini tak lebih dari 1 detik, lelaki itu kembali mengusik sanubariku.
“Hai, Embun kan? Masih ingat sama mas ga?” suaranya yang khas masih sama seperti dulu, hanya saja kini terdengar lebih ceria. Tak lagi sendu seperti saat pertama kami bertemu. Perawakannya pun kini terlihat lebih tegas. Ah, mungkin kini Mas Bintang telah hidup bahagia dengan Mba Sinta. Perih mulai menyelimuti perasaanku begitu kenangan itu kembali terputar dalam benakku, seolah seperti drama panggung yang kembali dimainkan.
“Eh, kok melamun sih? Benar sudah lupa ya sama Mas Bintang?”
Mana mungkin aku lupa, mas! Hatiku kecilku berteriak tegas. “Maaf, mas, tadi memang aku sempat lupa, habis sekarang Mas Bintang berbeda sekali  sama dulu.”
“ Ah, masa sih? Mas Bintang ga banyak berubah kok. Kamu tuh yang banyak berubah, sekarang sombongnya minta ampun.”
“ Sudahlah, ndak perlu dibahas, mas. Gimana kabarnya Mba Sinta, mas?” Nyeri kembali merasuki hatiku, entah mengapa justru pertanyaan bodoh itu yang kulontarkan, pertanyaan yang jelas-jelas akan kembali membuka luka lamaku lagi.
“ Baik-baik aja ko, ndut. Lah kamu gimana? Udah SMA ni ye? Gimana rasanya jadi anak SMA? ”
“ Biasa aja, mas. Sama aja kaya waktu SMP dulu.”
“ Gitu ya. Eh, Embun masih suka bikin puisi ga?” Aku terperanjat seketika mendengarnya. Sudah 6 bulan aku meninggalkan hobiku membuat puisi. Dulu Mas Bintang yang mengenalkan puisi padaku. Atau dengan kata lain Mas Bintang yang membawaku menemukan jati diriku. Namun demi berusaha melupakan Mas Bintang aku harus merelakan cita-citaku menjadi penyair.
“Udah ga suka, mas.”
“Loh, kenapa, ndut? Padahal dulu kan kamu suka banget mbikin puisi. Kita juga sering baca puisi bareng kan. Hahaha.. Mas jadi nostalgia nih.”
“Udahlah, mas, ga usah bahas yang dulu-dulu. Aku dah ga mau inget-inget lagi, mas.”
“Embun masih marah ya soal yang dulu? Mas bukannya ga suka sama Embun. Cuma kan kita bedanya banyak banget, mbun. Mas ga……”
“Cukup, mas. Embun bukan marah. Embun cuma capek. Embun dah berusaha nglupain Mas Bintang tapi sekarang Mas Bintang dateng lagi seolah ga pernah ada apa-apa dan bikin semua luka Embun sakit lagi, mas.” Aku mulai terisak. Sesak kembali meliputi setiap bagian jiwaku. Semua kenangan itu kembali kuingat.  Air mataku telah merebak.
“Maafin mas, mbun.” Mas Bintang mengeluarkan sapu tangan dan mengulurkannya padaku.
“Yang luka itu hati aku, mas. Saputangan ini ga bisa mbantu apa pun.” Aku tak kuat lagi menahan semua rasa ini, malu, marah, takut. Kuambil langkah seribu, meninggalkan Mas Bintang yang hanya diam terkejut menerima reaksiku. Satu detik kemudian terdengar langkah kaki Mas Bintang yang mulai mengejarku. Sekuat tenaga aku mempercepat langkahku. Suara anginpun terdengar kencang ditelingaku. Namun setelah itu yang kudengar hanya teriakan Mas Bintang yang menyebut namaku dan sura decit mobil. Lalu semuanya gelap.

Aku berputar dalam gelap
Hanya kekosongan yang kutangkap
Hampa
Sesekali suara lelaki itu masih terdengar menyerukan namaku
Namun  tanpa bisa berkutik aku hanya terpejam
Beku menguasaiku
Lalu selanjutnya diam, tanpa suara
Hingga cahaya putih berebut menyerbu tubuhku

“Embun, bangun. Bangun, Embun.”
Wajah Mas Bintang menyambutku. Mataku menyipit berusaha mengatur cahaya silau yang menyerbu masuk. Mas Bintang memelukku. Ada kehangatan saat tubuh Mas Bintang menyentuh tubuhku. Aku rindu saat-saat ini. Andai Mas Bintang tercipta untukku. Andai Mas Bintang dan aku tak berbeda dalam banyak hal. Setiap detik ini aku nikmati, andai waktu berhenti saja.
Tiba-tiba perih menyerang kepalaku, seperti dipukul dengan kayu, pening. Dan kembali gelap yang kutemukan.

Lalu secercah cahaya indah berkelip
Bintang itu bersinar terang
Mengusir gelap yang tadi mencekam
Kehidupan telah direnggut dariku
Namun aku tak sendiri
Bintang itu  menemaniku disini
Dan aku pergi dalam peluknya
Begini sudah cukup
Terima kasih, Bintang
Meski hanya beberapa detik kesempatan yang ada
Paling tidak sempat kurasakan cahayamu
Bintang…

Lalu?

| | 0 comments |
Jalan yang ragu mulai kuteguhkan
Mencoba menghapus perih yang kau cipta
Mulai lagi mencoba mencari yang tak bersembunyi
Meraba langkah baru yang mesti kujalani

Meski mencoba berlari
Namun ternyata kuhanya merayap
Seolah tak puas
ternyata akupun hanya berputar
Terdampar lagi dalam dirimu

Lalu kini bagaimana
Mungkin hanya kau yang dapat menjawab
Tapi bahkan kau tak disini
Mungkin mengingatkupun tidak
Bagaimana mungkin kau kan menjawab pertanyaan hatiku yang hampa ini

Kisahku

| | 0 comments |
Kuingat gelap yang pernah membelengguku
Kuresapi dulu belaimu yang tenangkan aku
Kutangisi kembali cerita yang tlah lalu
Kuterdiam saja melayang pada ragu

Pernah langkahku kau bantu
Dengan senyum tulus memberi semangat
Pernah tetes air mataku kau usap
Dengan lembut memberi kehangatan

Namun kini waktu tlah beranjak
Yang tlah berlalu perlahan kabur
Hanya embun saja yang tersisa
Yang berkata kini tlah datang pagi yang lain

Namun aku belum mau pergi
Masih mencoba bertahan meski berbalut luka
Masih berharap ada lagi cerita yang sama
Namun kisah ini hanya menyuruhku menyerah
Pergi saja..
Entah apa kini jalan ceritanya
Namun yang jelas bukan kamu yang akan mengisi akhir cerita hidupku

Kumerenung

| Thursday, November 15, 2012 | 4 comments |

Termenung…
Senyap…
Sendiri…
Tubuhku disini, namun fikiranku berkelana
Mencari kata tuk tulisakan rasa
Jemariku menari, Namun sesekali terhenti
Apa..
Apa..
Apa..
Entah apa yang kutuliskan
Entah apa yang kufikirkan
Kamu…? Mungkin
Perlahan matku semakin berat
Hingga aku terlelap dalam buai mimpi indah

Mengingatmu

| | 0 comments |

Masih ingatkah kau saat pertama berjumpa
Senyummu yang kau cipta
Melatihku kendalikan emosiku
Melatih ruang ku berjalan
Waktu dengan cepat merajut rasa
Rasa yang tak henti berkecamuk
Membuncah dalam hati
Malu aku mengakuinya
Hatiku menata kata dan selalu sama
Namamu…
Kini tak henti kuukir

Lelah Mencarimu

| | 0 comments |

Menggerai rasa didadaku
Mengurai setiap cipta
Tak kurasa lagi asin air mata
Ataupun pahit lumpur membasuh
Yang kurajut masihlah sama
Masih rasa yang dulu kau cipta
Seperti sampah yang hina
Kau buang saja rasa yang tumbuh darimu
Kau tahu apa yang kukata
Namun menutup telingamu
Kini tinggal aku disini
Mencari malam terang berbulan
Jemariku terdiam kaku
Lelah meraba dalam gelap
Mencari sosokmu
Lagi…                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

Kau Saja

| | 1 comments |

Irama menggebu jiwa
Menghentak kaki setiap detak
Mendengar lagu bahagia
Mencoba menenggelamkan senduku
Bayangmu masih disana
Dalam imajiku
Menari dalam alunan
Aku menari dalam pelukmu
Mataku terkatup perlahan
Meresapimu
Mencoba hentikan waktu
Namun aku teringat
Aku harus bangun dari mimpiku
Sebelum kau membawaku ke dermaga laut hatimu
Masuki lautmu
Lalu mengajakku kedasarnya
Tenggelam semakin dalam
Hanya bersama bayangmu
Saja…

Jamur Rindu

| Monday, September 17, 2012 | 0 comments |
Rindu yang sempat sirna
Kini menjamur lagi
Memperbesar bayanganmu yang sempat pergi
Belum kudapati sosok lain
Yang mampu buatku teralih darimu
Tak ada yang mampu menggantimu hingga kini

Seribu perih menderaku dalam dekap rindu
Meraba mencari tegar yang kuraih darimu
Peluh darah menyayat sukma
Meragu arah diam berpijak
Detik masih kuhitung kini
Lama haus mata tak terpenuhi untuk membasuh hati
Tak melihatmu
Kufikir 3 pekan cukup bagiku
Namun kini kumenyadari 3 abadpun tak cukup meremukan rindu cintaku
Padamu....

Gelap

| Monday, September 10, 2012 | 0 comments |
Menapak kini terasa tersendat
Melangkah beban terasa berat
Berfikir tanpa henti
Namun hidupnya mati
Menerima terlalu banyak
Namun yang terbuang luarbiasa
Seolah tak ada guna
Menghabiskan detik saja
Bisa saja aku katupkan mata lagi
Namun bagaimana besok kan ku berjuang
Tak ada gairah yang membakar
Tanpa semangat aku berdetak
doa ku tak akan cukup
hanya suara hamba hina
Namun satu-satunya harapku
Hanya Engkau, Tuhan

Tertidur

| Thursday, September 6, 2012 | 0 comments |

Senja masih memukau
Namun mata telah terlelap
Terbang pelan terbuai kelembutan
Lelah menguap dari setiap pori kehidupan
Otakku berhenti kuperas keras
Tenggelam dalam bunga mimpiku
Beban lenyap sementara
Memberiku waktu melepas penat
Mengumpulkan tenaga yang telah banyak kubuang
Aku terdiam dalam harum kedamaian
Terkatup dalam halus ketenangan
Menghabiskan malam yang telah berhari-hari tak kudapatkan
Tertidur
Lelap

Terlalu Sepi

| Monday, September 3, 2012 | 0 comments |
Kini sepi mencari tempat bernaung
Ingin seperti para kupu yang bertaut
dapat berpegang dan mendekap
Namun aku dirundung sunyi
Tanpa kehangatan yang siap merangkap
ingin miliki tempat berpegang tangan
saling mengukir senyum menjadi kisah

Tak ada indah kumiliki
tuk mewarnai gundah hati
tak ada cinta kupunyai
Untukku kusekap dalam lubukku

Langkahku terasa lesu
tanpa semangat membakarku
Nafasku sesak tanpa irama
seolah tak ada nada hidupku

1 Hari Lagi

| Tuesday, August 28, 2012 | 0 comments |
Tinggal sebentar lagi
Paling tidak waktu yang tersisa
Yang kan masih sama
Dengan hidup biasa
1 Hari lagi
Kan kutatap kertas penuh arti
Hasil pahit dari yang manis
1 Hari lagi
Mungkin setajam jarum suntik harus ku resap
Entah setiap jam atau hari
Mungkin aku tak lagi mampu berlari
Apalagi mengejar waktu

Mengapa Tuhan
mengapa harus diusia ini
Usia yang masih ingin kukecap kebebasan
Aku seolah tlah remuk
Tubuh tua yang harus kujaga

Mengapa Tuhan
Ini harus disaat ku dapat berteriak kencang
Lalu kau ambil suaraku
Hingga aku hanya bebas membisu
Aku belum siap
Bila ini yang harus kuhadapi
Bila ini yang harus terjadi
1 Hari lagi

Kembali Lagi Namun berbeda

| | 0 comments |
Kau masih kukuh disana
Menyapaku sebagai kawan lama
Memanggil namaku dengan lembut
Namun kini berbeda
Yang kita inginkan kini terjadi
Kita dekat tanpa rasa cinta
Hanya berkawan rasa bahagia
Tertawa bersama
Meski masih ada canggung terasa

Semoga kini menjadi nanti
Sama seperti detik ini
Tawa yang terlepas dan menggelegar
Menatap kenangan sebagai kesenangan

Kembali lagi kini disisi
Namun hanya kebersamaan yang tercipta

Terimakasih penyemangatku
Yang tlah mempertahankanku
Dan mengubah gelisah menjadi ceria

Aku Nanti

| Tuesday, August 21, 2012 | 0 comments |
Jalan meraba
Dalam gelap
Tanpa warna
Nanti
Bila
Yang kutakutkan terjadi

bisa pula
nanti
mencuci peluhku

atau detakku tak lagi kau dengar

apa nanti
entah

Tepat Waktu

| Sunday, August 19, 2012 | 0 comments |
Waktu
Waktu
Waktu

Ketika sang putih berlari kencang
Hingga menyimpang
dan tak ada Waktu lagi
Hanya bisa membanting
Dan terpelanting
Tergeletak diam
Segerombol semut menatap
dalam Waktu itu
aku terkapar lalu bangkit
Berlari

Syukur
Syukur
Syukur

Bila Waktu saat itu bergerak sedetik saja
Mungkin aku tlah tak ada
Entah dimana
Entah Bagaimana

Syukur
Waktu

Manis-Manis-Manis

| | 0 comments |
Hidup ini manis
Terlalu manis
yang telah lalu
Setiap yang tersantap
Setiap yang terasa
Semua terlalu manis
Hingga kini habis

Yang tersisa hanya apa yang ada
Tak lagi bebas merasa
Kini semakin terkekang
Pahit
Hanya pahit
Akan menjadi pahit
Mati

Puisi untuk Kawan Lama

| Sunday, August 5, 2012 | 0 comments |
Kawan aku disini sepi
Menghadapi lahan baru
Yang tak sama lagi dengan dulu
Aku bertanya-tanya
Kabarmu disana
Entah bagaimana

Segala kenangan lampau tak henti berputar
Kala kita urai canda
Dan tawa menjadi candu
Kini aku sakaw disini
Tak menerima tawamu
Ingatkah dirimu
Saat kita melangkah bersama
Mencobba memerangi panas hujan menghadang
Menghabiskan waktu

Kawan
Kurindu waktu yang lalu
Namun semua berbeda disini
Aku hanya berkawan sepi
Yang baru memang tak pernah mampu menghapusmu

Tanpa Harapan

| | 0 comments |
Angin mengurai rambutku
Membelai dengan lembut
Menemaniku kala ku terpojok sepi
Masih bergelayut dengan rindu
Mataku masih terpaku
Menunggu hadirmu
Berkawan rumput yang bernyanyi merdu
Dan kudapati aku masih tersesat
Tak menemukan jalan keluar
Hanya menangis sendiri
Aku tak lagi ada harap
Aku mengerti harus berlari
Karna ku sendiri
Dan kau tlah pergi
Namun alahkah aku bila tak mampu
Dan tetap disini
Mengharapmu tanpa harapan

Mata-mata

| | 0 comments |
Aku benci tempat ini
Menekanku begitu rapat
Dipandangi mata-mata gelap
Yang menjelma menjadi bibir-bibir ember
Membuatku terkekang
Hingga hanya bisa bisu
Diam penuh tanya
Untuk apa aku disini?
Tanpa arti
Hanya raga ringkih
Jiwa berputar-putar
Menggerakan tanganku
mengalirkan syair syahdu
Lelap ingin kutangkap
Namun aku tak bisa
Ada yang melihat
lalu berkata
Lebih baik diam
Tak berkutik
Senyap
Sunyi
Sepi
Dalam riuh

Tak mungkin lagi

| | 0 comments |
Tak kumengerti perih ini
Aku tak diam
Aku pun mencoba lari, pergi
Tak ingin menengok meski sekelebat
Namun ternyata aku tetap sama berpijak
Tak sedikitpun bergerak
Aku berlari ditempat
Tak menambah jarak
Tak sanggup lagi begini
Tak sanggup lagi bertahan
Tak mungkin lagi

Belenggu Rindu

| | 0 comments |
Hampa
Kujumpa
Kosong dalam hati
Seolah jiwa tlah mati
Aku ingin lari
Dan kembali mencari
Mencari sosok yang telah pergi
Namun entah harus kemana lagi
Ada rindu yang terlalu lama tumbuh disini
Tak tahu masih bisakah kubunuh rasa ini
Dia hilang tanpa peduli
Ada cinta buta dan tuli
Yang tersisa dan membekas
Meski tlah kuusir lekas
Tetap tumbuh manis tanpa henti
Tanpa jeda yang berarti
Sampai kapan kuharus menunggu
Meski kuberkawan sendu lagu
Kapan bayangmu kan kau bawa juga
Kau jemput dan aku hanyalah jiwa raga
Tanpa kehampaan menyertai
Dan tak lagi ada rindu terpatri

Ya

| Thursday, July 26, 2012 | 0 comments |
Kau telah pergi
Kau yang pergi
Kau yang hilang tanpa jejak pasti

Lenyap tanpa dengan bekas luka dihati
Tak lagi ada senyum itu
Tak lagi ada sapamu

Kau telah terbang jauh
Tanpa menengokku lagi
Kau telah berlari
Secepat peluru kau melaju

Ya, kau hilang

Masih

| Wednesday, July 25, 2012 | 0 comments |
Aku masih merindu
Masih meneteskan air mataku
Masih menyanyi lagu sendu
Masih memeluk tubuhku sendiri
Masih memikirkanmu
Masih terpesona olehmu

Aku masih tersesat
Masih mencari jalan keluar
Masih mencoba mengusirmu dari hatiku
Masih harus mencoba lagi karna slalu ku gagal
Masih beku disini
Masih diam tak mampu berjalan lagi

Aku masih mencintaimu
Masih menyayangimu
Masih menginginkan pelukmu
Masih terisak perih
Masih memimpikanmu
Aku masih mencintaimu

Aku masih disini
Masih menunggumu
MASIH MENGHARAPKAN MU DISINI!

Sahabat Ingus - by MI

| Tuesday, July 24, 2012 | 0 comments |
Sudah lama kita saling mengenal
Awalnya memang aku tak mengenalmu
Kau pun tak mengenalku
Pelan tapi pasti
Kau telah menjadi sahabatku

Bukan hanya sekedar mengenal
Kita juga pernah saling tertawa dan berbagi
Pernah saling mengukir janji tuk setia selamanya
Dalam suka maupun duka

Bukankah begitu arti sahabat sebenarnya?
Begitu indah
Tuk dirasakan
Begitu damai
tuk dialami

Tapi ini dulu, sekarang berbeda
Kini kau pun melangkah pergi
Menjauh dan semakin menjauh
Kau tertawa dan merasakan kemenangan disana
Dan hanya sejuta perih yang kau tinggal disini

Bukankah dulu kau juga ikut berjanji tuk menjadi sahabat sejati?
Kini kau yang kukenal
Hanya seperti kecoa
Kecoa yang sedang terbalik badannya
Yang setelah ditolong hanya lari begitu saja
Dan meninggalkan jejak berupa debu

Dulu kau memang pahlawan
Tapi kini kau hanya seperti pahlawan ingusan
Yang tak punya nyali
Yang hanya mengurusi ingusnya saja

Dan kini kau jauh hanya tinggal jejak berdebu
dan selesailah cerita kita
Yang tak pernah berujung damai

7 Tahun Mencari Jalan

| Sunday, July 22, 2012 | 0 comments |
Melangkah tertaih-tatih
sudah tak lagi dalam kehidupan
Entah bagaimana memilih jalan
Jalan yang kuimani sendiri
atau jalan yang dipilihkan untukku
Beberapa kali aku menyusup dalam mimpi
Dengan harap anak-anakku dalam meengerti
Meski mulai tumbuh bnih panik dalam diri
7 Tahun dipinggir sumur keraguan
Menimba kebingungan tanpa henti
Sampai kapan begini
telah 7tahun
akankah lebih lama lagi?

Malam

| Friday, July 20, 2012 | 0 comments |

Saatnya

| Wednesday, July 18, 2012 | 0 comments |
Waktuku telah habis
Kini saatnya aku melangkah pergi
Berlari tanda menoleh lagi
Mencoba mengabaikan bisik hati
Yang terus memintaku bertahan
Aku berlari sekencang yang kumampu
Sembari air mataku menetes

Waktu telah habis
Sudah tak ada lagi kesempatan mengejarmu
Sudah tak mampu lagi menggantung harapanku
Sudah tak mungkin lagi bertemu denganmu
Sudah bukan saatnya lagi mencoba mendekapmu
Sudah saatnya
Sekarang
Pergi

Waktuku telah habis
Tak boleh ada sesal yang membuntuti
Tak boleh lagi aku memintamu menemaniku
Mendengarku, Menghiburku
Waktuku telah habis
Bila tak beranjak sekarang
Mungkin kakiku kan terus terpaku disini
Bahkan hingga kau telah pergi
Menyanding wanita lain untuk hidupmu
Mungkin aku akan tetap menunggu hingga waktu mengambil nyawaku
itulah yang membuat aku harus bergerak sekarang 
Bahkan tak boleh meluangkan sedetikpun untuk melihat senyummu
Bahkan yang terakhir kalinya
Ini saatnya aku pergi
Membawa cintaku 
Menyimpannya 
Dan suatu saat kuberikan untuk sosok lain
yang pantas untuk menggantikanmu
Hanya terimakasih yang mampu ku ucap untukmu
Penyemangatku

Kemana aku kan kau bawa

| Saturday, July 14, 2012 | 0 comments |
Kasih...
Pilihkan jalanku
Mendekapmu meski kau diam
atau kah melepasmu meski hati terluka
Kakiku tak ingin kemanapun
Hatiku tak ingin memilih
Cinta satu sisi ini membunuh segala akalku
Hanya dirimu yang mampu melepaskanku dari belenggu
Meski kan kukecap sakit yang sama _ atau lebih
Paling tidak kutemukan kepastian di titik itu

Kasih...
Mungkinkah ada kemungkinan diucapmu
Untuk kurasa seketika cintamu
Rela aku habis dicuumbu peluk hangatmu
Mungkinkah??
Namun tak perlu kau jawab
Karna ku tahu hanya kata tidak di ujung bibirmu
Berbulan-bulan aku mencoba
Berkelebat bayang mesra kau dan aku
Jutaan mimpi dirimu dan aku memadu kasih
Berkhayal ada nyata nanti kala waktu mengizinkanku

Kasih...
Namun percikan kehidupan menyadarkanku
Hanya aku yang rela menembus segala perbedaan yang menjarak
Dan dirimu di seberang sana
Diam...
Tak maju sepucuk langkapun kearahku
Meski dibibirmu tetap kau sunggingkan senyum
Berharap tak menyakitiku
Dan aku...
Disini menyembunyikan luka dan kecewa dengan balas tersenyum
Seolah tak ada perih yang merayapi tubuhku
Masih aku bertahan cukup lama
Karna masih ada harap kau mendekapku meski karna iba
Namun kau tetap diam
Dan membuatku tersadar lagi
Air matakupun mulai menetes
Ya, harus kusadari kau bukan untukku
Kau begitu jauh disana tanpa cinta untukku

tapi tolong pilihkan jalanku
Dorong diriku menjauh bila kau memang itu yang kau mau
Usir aku hingga aku pergi bersama rasa ini
Buang aku jika memang tak ingin kau dekap cintaku

Tapi tolong, jangan tersenyum lagi
Senyum itu membuatku bertahan disini
Senyummu justru semakin menyayatku dalam hipnotis cintamu
Menjadi potongan-potongan getir yang syahdu

Ada satu pilihan lagi
Pilihan yang takkan kau pilih meski usia telah habis memakanmu
Pilihan untuk maju dan menarikku dan memagutku
Pilihan yang tak kan kau pedulikan meski menjadi pilihan terakhir hidupmu

Jadi tolong, bantu aku, kasih
Seandainya kau tak mau pilihkan jalankupun
kumohon jangan tersenyum lagi
dan mungkin rasa ini akan hilang terhanyut waktu

Acak

| Tuesday, July 10, 2012 | 0 comments |
Langit kini berpesta
Menari tanpa henti
Segala penghuninya menyanyi-nyanyi
Riang, kacau, mabuk
Bintang-bintang menurunkan hujan
Awan memamerkan cahayanya yang terang
Dan bulan berkelap-kelip

Bumi pun ikut berdebum
berjingkrak-jingkrak
Berteriak-teriak
Serigala mengeong pelan
burung-burung merayap sabar
Kelinci berenang-renang
Ulat-ulat berterbangan
dan manusia-manusia mengonggong dan menyalak

dan semua semakin menjadi
saat semua telah larut dalam suasana
tak lagi ada kendali
dunia menjadi acak

Biarlah

| | 0 comments |
Biarlah awan menjadi hitam
Biarlah langit menjadi gelap
Biarlah matahari semakin panas
Biarlah malam semakin pekat
Biar pula ombak semakin liar
Angin pun terus berhembus
Api semakin membakar habis ragaku
Namun rasa ini takkan pupus
Meski berulang kali coba kutepis
Meski berjuta kali aku bersimpuh pada-Nya
Agar Dia hapus rasaku ini
Rasa yang tumbuh untukmu

Ingat Dirimu

| | 0 comments |
Aku rindu saat kau  tersenyum padaku
Saat kau lambaikan tanganmu menyapaku
Saat kau mendengarkan keluhku
Dan ajarkan ku tuk jadi dewasa
Saat kau menjadi semangat tuk lewati hari sedihku
Saat kau tak peduli dengan kepalsuanku
Saat seolah kau butuhkanku
Saat kau berikan aku arti hidup
Aku rindu dirimu yang dulu
Yang kini telah berubah
Namun meski semua berbeda
Rasa ini tak pernah berubah
Dan sisakan perih yang coba kuatasi
Aku rindu dirimu

Khayalan Tahun Baru

| | 0 comments |
Di tengah malam yang begitu riuh
Kutatap bintang dilangit
Dan bunga-bunga api yang begitu indah
Berharap kau juga menatapnya disana
Menatap langit yang sama
Berharap kau juga mengingatku disana
Ditempat kau sambut tahun yang baru
Namun harusnya aku sadar
berapa lama pun kumenunggu
Tak kan kau ucapkan padaku
Harusnya aku tahu
Aku tak cukup indah untuk jadi milikmu
Namun tak apa bagiku
Malam--pagi-- ini,
Kuhanya ingin ucapkan untukmu
Penyemangatku

Jeda

| Sunday, July 8, 2012 | 0 comments |
Sobat
Hari ini , hari begitu panjang kita lewati bersama
Berbagi senyum, tawa, dan canda
Menghabiskan sisa-sisa waktu
Membunuh detik-detik terakhir kebersamaan

Sobat,
Masih terus terbayang
Segala kekonyolan yang kita bangun
Sgala keisengan yang kita rangkai 
Menambah potongan kenangan yang kan menjadi rindu

Sobat,
Memang ini bukan akhir dari persahabatan kita
Nanti....
Masih akan ada waktunya
Kembali waktu pertemukan persahabatan ini
Dengan pelukan rindu

Sobat,
Ini hanyalah jeda 
Menguji perkawanan kita
Akankah seiring waktu kita tetap saling mengingat
Bagaimana kau mengingatku
Bagaimana aku mengingatmu

Aku yakin sobat, 
Jeda ini akan berlalu
Dan kita kan tetap membagi kisah hidup lagi
Meski berjuta jeda kan menghadap
Kita bisa buktikan sejatinya kebersamaan kita, sobat
Ratusan, Ribuan, Jutaan jeda kan mampu kita lewati
Sobat....

Purwokerto, 8 Juli 2012
Bunga itu kan melangkah, hingga nanti suatu saat kan kembali

Luka

| | 0 comments |
Pisau-pisau kata mulai tertodong
Siap melukai setiap bagian hati
Tak kenal ampun terus mengalir bersama air mata
Terasah emosi yang meluap
Panas nurani tak menghambat 
Justru menambah keganasannya
Darah-darah mulai mengucur dari luka
masing-masing meminta obat
Disulut keegoisan
Tak mau mendengar
Hingga semua hanya menjerit masing-masing
Tanpa ada yang mau peduli
Lelah sesekali menghentikan tangisnya
Namun setelah itupun tetap kembali terdengar
Isakan-isakan
Luka-luka pun tak bisa lagi sembuh
Perlahan menjadi abadi
Tak henti mengucur kan darah hitam
Kematian 

Dingin

| Sunday, July 1, 2012 | 0 comments |
Aku menggigil
Mengecap dingin yang membasuhku
Gigiku bergemeletuk pelan
Berlapis-lapis selimut tlah ku dekap
Mencoba mengusir beku yang meraja
Namun seolah terus menerobos
Rasanya tiada guna aku menyelimuti diriku

Ikan-ikan pun lemas tak berdaya
Menghadapi udara yang semakin ganas
Perlahan
satu demi satu mulai gugur
Terkapung tanpa nyawa
Dan yang hidup hanya menggigil
Menunggu ajal

Anjing-anjing pun berhenti menggongong
Menyulap seketika menjadi sunyi
Hanya mampu saling mendekap
Satu sama lain
Dan tergolek manis tanpa suara
Selain desah nafas yang naik turun
Seolah mempertahankan kehidupan

Matahari tak mogok bersinar
cahayanya masih bisa terangi bumi
Namun kehangatannya entah luntur kemana
Seolah ditelan awan-awan diangkasa
hingga yang kini menyelubungi hanya dingin saja

Kerinduan

| Saturday, June 30, 2012 | 0 comments |
Ada sedikit rindu saat kau lenyap
dalam hatiku perlahan merayap
Mengkacaukan setiap barisan cinta
Yang tertata rapi dalam hati
Mengharapkan hadirmu
Meski hanya sekali jarum berdetik
Namun hingga kuterlelap
Hanya kutuai harap
Entah kapan kan bertemu
Melihat wajahmu
Memperhatikan tiap lekuknya
Membiarkanku terperangkap semakin dalam
Semoga saat nanti aku terbangun
Bukan sesal lagi yang kutangkap

Putus Harap #6

| | 0 comments |

aku tak tahu
Masih sanggupkah kaki ku melangkah kesana
Masih sanggupkah batinku menari bahagia
Masih sanggupkah tanganku membangkitkan panggung itu
Masih bisakah jiwaku membangun tawa
Telah kualami
Kala aku tetap diam sepi
Ditengah ribuan orang yang bernyanyi
Menyenandungkan ribuan madah pujian
Itu kala aku belum mati
Dan kini?!
Ketika aku tlah mati
Ketika detak jantung tak lagi menitik
Mungkinkah jiwa ini bergembira?
Bersamamu..
Menerobos waktu
Yang kan membelaiku disaatnya..
Nanti.....

Putus Harap #5

| | 0 comments |

Telah kubuang semua kedok yang ada
Tlah kukubur peran tawaku
Siraman cahaya lampu panggung kini telah redup
Namun drama ini masih berjalan
Meski tak ada pendengar yang mendengar
Meski tak ada penonton peduli
Drama pedih masih mengalir
Meski teriakan penyair-penyair salon telah sunyi
Drama ini masih berlari
Meski semua pemain telah mati

Putus Harap #4

| | 0 comments |

Tlah ribuan keberanian coba kubangun
Berharap ada secercah cahaya kan menaung
Tlah kucoba tegar saat kuucap segala kata
Berharap ada sedikit peduli kala kuminta mengobat luka
Digiring aku dalam tepi jurang bahagia
Namun memang mataku tak kuasa berdusta
Pecah juga tangisku mengoda kesendirianku
dengan harap ada yang melihat kepedihan  yang terlukis
perih yang tersayat setiap jengkal hatiku
Namun tak yakin lagi hati ini mampu percaya
Meski barang sebutir debu saja
Tak yakin kan ada obat kan sembuhkan setiap sakitku
Tapi mungkin waktu kan dapat menjawab tanyaku
Dan akhirnya dapat membalutnya dengan tawa lagi

Putus Harap #3

| | 0 comments |

Mungkin tak lagi ada cinta yang dapat mengeringkan air mataku
Terlanjur sudah pipiku terlalu basah dengan pilu
Raga pun kini hanya tergolek
Diam...
Tlah tak ada lagi angan
Meski hanya sepucuk cintamu
Aku tak kan selamanya hanya berputar disini
karna aku hanya membunuh waktu
dan lalu mencoba menjadi aku yang dulu
Mungkin nanti...
Bila waktu mengizinkan,
Bersamamu.... ku akan terbang

Putus Harap #2

| | 0 comments |
mati
Jiwa memintaku waktu tuk terlelap
Tak tanggung, seribu tahunpun jadi
Diiringi tangis, jiwa mulai melayang
Tanpa ada yang melihat
Seolah tak pernah ada
Hanya tinggal, tanpa tanda
Mati

Putus Harap #1

| | 0 comments |
Sesak terasa kala tubuh tak dapat lagi menahan
Terhempas jauh dalam gelap
Yang menyelimuti dalam keputus asaan
Pilihan mati telah diujung pandang
Menggoda begitu menggiurkan
Namun tanpa mati pun rasanya ragaku tlah tak berjiwa

MATI

| Sunday, June 24, 2012 | 0 comments |
Aku menangis bersama jerit pilu yang lain
Mengeluh diantara  jutaan keluh kesah yang lain
Ratapan tanpa pendengar
Geram tanpa kepedulian

Kadang pikirku melayang
Begitu jauh mencari tempat mengiup
Berharap tanganNya meneduhkan hati
Luka batin terbuka kembali
Meneteskan darah pada jiwa yang mati

Aku menangis tanpa henti
Seperti jiwa yang terkoyak
Perih yang membekap kencang
Menenggelamkan dalam lautan amukan

Aku mengeluh tak berjeda
Berharap kan ada penghiburan di akhir kata
Namun tetap air mata yang menetes
Tanpa tangan yang menghapusnya

Jiwa hitam ini tlah lelah menunggu di mengerti
Tlah lelah mencoba mengerti
Jiwa ini telah habis hanyut bersama waktu
Kini hanya bisa diam
Menuliskan kata tak berarti
Kata tak berhati
Mati

MENYAPA PAGI

| | 0 comments |

Pagi tlah datang sejak embun dipucuk-pucuk daun menetes
Memamerkan kehangatan yang slalu dirindu
Kelopak mata yang tadi masih terkatup rapat
Kini perlahan mulai mengatur cahaya yang sembari tadi mengetuk masuk
Jemari kecil itu perlahan menyisir raumbutnya yang kusut
Sembari menguap lebar bagaikan raja hutan yang baru terbangun dari tidur panjang
Digeserny sedikit tubuh cekingnya hingga tegak
Lalu berdiri menyibak gorden
Memberikan ruang bebas untuk cahaya mentari yang semenjak tadi mencoba menerobos
Dipandanginya jam yang tergantung pasrah pada dinding
Mata kecilnya membelalak
Memang kini sudah tak pagi-pagi benar lagi
Sudah waktunya matanya terbuka lebar-lebar
Namun rasanya jiwanya masih ingin beristirahat seribu tahun lagi
Sembari mengumpulkan tenaga, sekali lagi dia menguap
Mencoba menyimpan sebentar lelah yang menumpang pada pundaknya
Hingga kehidupan mengisi penuh rongga-rongga raganya
Dan kini tlah siap menyapa pagi

Pedih

| Wednesday, June 20, 2012 | 0 comments |
Ribuan keberanian coba kubangun
Berharap ada secercah cahaya balas yang kau kirim
Berharap paling tidak kau tilik sebentar sepi hatiku

Kucoba tegar saat kuucap kata
Berharap ada sedikit peduli dalam nada suaramu
Kala kata ini kulontar

Diiring canda mengiringku menemuimu
Mencoba tunjukan diriku baik-baik saja
Namun memang mataku tak kuasa berdusta
Pecah juga tangisku mengoda kesendirianku

Jutaan senyum dan tawwa kucoba tampilkan
Berharap kau tak melihat kepedihan  yang ada
Meski sebenarnya prih tersayat setiap jengkal hatiku
Namun tak apa
Masih saja hati ini berdoa untukmu
Untuk segala kebahagian untukmu
Meski hati ini harus susah payah mengubur pedih dengan jutaan Tawa

Pesona Alam

| Sunday, May 27, 2012 | 0 comments |
Langit masih biru kala senandungku mulai terdengar
Membalut kesunyian menjadi sebuah simfoni
Alam tak hanya diam saat mendengarnya
Pohon-pohon mulai gemerisik
sedang ikan-ikan mulai berkecipakan
Angin sedikit mendesah membangunkan rumput-rumput yang terlelap
Burung-burung pun mengepakkan sayapnya jua

Mentari masih terseyum manis
Sesekali menggerakan tubuhnya mengikuti irama
Sembari memberi kehangatan yang tlah lama tak kurasakan
Kudekap lembut ragaku sendiri
Mencoba larut dalam pesona alam ini

Sayang aku hanya sendiri
terdiam dalam gumaman
Sayang aku begitu sepi
Meski alam berpesta

Aku disini namun lamunan entah kemana melayang
Aku disini namun entah siapa yang bersamaku
Aku disini namun entah siapa yang kufikirkan
Aku disini namun entah siapa yang peduli

Hanya alam yang mendengar
Segala keluh kesah hidup
Sgala rasa gundah dan ragu
sgala kelemahanku
Hanya alam yang menghibur
ditengah isak tangisku
diantara kegelisahan
Disetiap riuh bimbangku
Hanya alam yang ada
hanya pesona alam

Putih Hitam

| Saturday, May 26, 2012 | 0 comments |
Saat jemari kecil itu menari
Memainkan sebuah simfoni
Menggetarkana hati yang mendengar
Merasuk dalam raga dan jiwa
Bisik-bisik kasih yang mengalun
Dari bibir kecil itu
Pelan namun merdu
Menghibur hati yang gundah
Kemilau rambutnya yang hitam
Kehalusan kulitnya yang putih
Tubuhnya yang mungil mulai bergerak
Mengikuti lagu yang berdendang

Namun saat semua cahaya mati
Hanya sisakan kegelapan
Yang datang mencekam
Tanpa ampun menerkam

Jemari itu mulai mencabik sgalanya
Mencipta jutaan jeritan
Mengoyak sanubari yang singgah
Masuk dalam setiap jengkal diri
Teriakan-teriakan siksa yang menggelegar
Dari bibir yang merah
Keras tanpa irama
Menyayat sanubari yang bungah
Kini rambutnya kusut
Kulitnyapun kini pucat seolah tanpa kehidupan
Tubuhnya tak lagi mungil lagi
Mengikuti sgala kebencian yang menyerang

Sang Waktu

| Friday, May 25, 2012 | 0 comments |
Kini waktu menjadi saksi
Setiap kata yang tak terkata
Setiap pertemuan yang tak bertemu
Setiap cinta yang bahkan tak berbalas

Nyaris satu bulan penuh aku begitu sepi
Hampir empat minggu tanpa arti
Dua puluh tujuh hari yang tlah berlalu
Enam ratus empat puluh delapan jam yang bergulir
Tiga ribu delapan ratus delapan puluh delapan menit penuh rindu
Dua puluh tiga ribu tiga ratus dua puluh delapan detik yang memantik sanubari

Andai rasa ini kau sambut
Dengan segala beda yang ada
Dengan sgala rintangan menghalang

Andai takut ini hilang
Hingga rasa ini sanggup kuungkap

Andai waktu mau menunggu
Menunggu aku siap

Andai waktu tak mengejarku
Dan kini hanya menjadi saksi bisu
Kebersamaan yang telah pudar
Sembari menambah keraguan hati kecil ini

Dan bila saatnya tlah terlambat
Hanya isak yang akan terukir
Hanya tangis yang terdengar
Hanya sesal yang mau membalutku

Dan sang waktu akan tertawa
Menertawakan kisah ini
Yang tak pernah indah
Karna sgala ragu yang dicipta...
...Sang Waktu

Kapan

| | 0 comments |
Kapan kau kan kembali
Menghias pelangi hati
Dengan warna warni
Meluluhkan beku jiwa ini
Menjadi kebahagiaan janji

Kapan kau akan datang
Menyapa kesepian hidup
Mengusir gundah
Mengundang senang
Mencolekku jadikan merah pipi mulai bersemu

Kapan kau kan disini
Seperti dulu...
Dalam anganku
Meski semua hanya ilusi
Dosakah aku begitu mengharapkanmu
Yang tak tahu akan ada...
.....Kapan

23 Mei

| Thursday, May 24, 2012 | 0 comments |

Diterpa cahaya lilin yang redup
Tawa dan senyum itu tetap berseri
Menghias malam yang diingin
Bersama belaian angin sunyi
Telah lama kunanti bahagia ini
Saat tangis tak menjeratnya
Lenyap sudah sgala duka lara
Kini hanya sisakan cinta

Biarlah meja-meja berdebum keras
Menghindar dari hujan yang mulai merintik
Mencipta gaduh yang menjadi panik
Namun senyum bahagia itu kembali mempesona

Ini bukan sebuah akhir bahagia
Ini hanya sebuah langkah baru
Yang kan menjadi awal kedewasaan
Yang kan membawanya mennjadi dirinya sejati

Aku ingin waktu berhenti
Agar senyum itu menjadi abadi
Namun aku tahu semua mesti terjadi
Menjadi sebuah rangkaian hidup
Maka semua bahagia akhirnya akan sungguh abadi

Purwokerto, 23 Mei 2012
Saat Bunga Tumbuh Dewasa



Matahariku

| Monday, May 7, 2012 | 0 comments |
Matahari enggan menyapaku
Membiarkan mendung tak henti menggodaku
Matahari tak lagi sehangat dulu
Yang selalu ada untukku
Saat langit kelabu



Matahari tak lagi seperti dulu
Tak lagi tersenyum saat pandang bertemu
Matahari kini sedingin salju
Meninggalkanku yang menggigil bisu
Saat beku menyergapku

Matahari kini tak lagi bersamaku
Aku mencoba relakan kepergiannya
Mencari bintang yang mau temani kesendirianku
Mencari bahagia yang dulu matahari beri untukku
Yang kini telah menjadi debu 

Matahari kini tak lagi disampingku
Meski berjuta kali kumencari
Tak ada bintang yang cukup tuk terangi hidupku
Seperti dulu matahari memandikanku dengan cahayanya
Hanya sakit yang kudapat saat kusadar dia telah pergi

Matahari bukan lagi milikku
Meski sesungguhnya dia tak pernah jadi milikku
Kini dia telah tak ada lagi untukku
Perih yang kurasa tak mampu kusembunyikan
Aku tak kuasa menahan air mata yang mulai merebak
Yang menjadi hujan ditengah mendung

Matahari telah pergi
Dan mungkin tak kembali
Namun cintaku tak mau pergi
Dan meski ku coba hapus
Cinta ini tetap kan kembali


Suara hati Seorang Egois

| Monday, April 30, 2012 | 0 comments |
Panas masih membara
Membawa butir-butir peluh yang mulai menetes
Perlahan membasahi dahi serta tengkukku
Mata ini terpejam
Namun jiwaku tak mau terlelap
Bagai terpanggang
Aku matang di negeriku sendiri

Dulu para tua-tua pernah rasakan sejuknya kotaku
Angin hilir mudik 
membelai pipi halus pemudi dulu
Bercanda bersama para ilalang  yang menjulang




Namun aku
Aku hanya bisa menikmati sejuk dari pendingin udara yang berhembus
Merasakan setiap dinginnya mengusir udara panas yang membelenggu
Meski kutahu, karena ulahku yang egois ini 
Anak cucuku akan merasakan neraka sebelum jiwa mereka dipanggil
Merasakan kulit mereka terbakar 
Hingga jadi seperti telur-telur gosong
Generasi baru yang sakit

Tetapi salahkah aku
Bukankah manusia juga begitu
Egois
Tak pedulikan orang lain
Asal mendapat kepuasan sendiri
bukankah manusia memang begitu?
Lalu
Haruskah aku menjadi salah satu dari mereka?

Suara

| Thursday, April 26, 2012 | 0 comments |
Bisik suara itu,
Masih mengitari sanubari.
Bersama semilir angin
Lambat laun semakin membuai
Suara itu bukan suara yang harusnya kudengar
Namun berkali-kali ku buat benteng
Menulikan telingaku dari rayuannya
Temboknya berkali-kali pula runtuh
Bersama remuknya pertahananku tak mendengarnya

Suara itu
bukan suara lembut yang membelai
bukan suara menggelegar tegas
bukan suara ramah penuh karisma

Suara itu membuat batinku perih
Membuat hatiku terluka
Membuat pikiranku kacau
Membuatku begitu resah

Namun meski kenyataan begitu layaknya
Aku rela menukar hidupku tuk mendengarnya
suara itu
Aku menikmati setiap siksaan jiwa ini
Asal aku tetap mendengar suaramu
Aku tak lagi hampa
meski sakit yang kurasa

98' Akankah terulang Lagi???

| | 1 comments |
Jerit Pilu...
Ribuan orang menggertakkan gigi
Pucat pasi,
Memandang pintu yang tengah digedor paksa
Berkali-kali
Dalam Pandangan bumi pertiwi

Aku masih seonggok bayi
Kala itu
Ya..
Belum mampu mengingat sedikitpun memori
Aku masih polos dengan hanya terbungkus sehelai kain
Putih, bersih
tak kurasa pula perih menatap
detik-detik, menit-menit, waktu
saat manusia tanpa adab
Mengoyak pakaian orang-orang tak berdosa
Menikmati jerit pilu, geraman kepedihan yang terdengar
Aku tak tahu rasanya kala itu

Namun aku tumbuh dalam bisik-bisik cemooh
Begitu banyak perbedaan yang mewarnai kita
yang harusnya menjadi pelengkap manis
Menikmati indah dunia dalam keragaman
Namun justru perbedaan itu mengobrak abrik, memecah belah
Memporak poranda habiskan Indonesia
aku tumbuh dalam kecaman dingin

akankah 98 terulang lagi?
Entah, tak ada yang tahu, kala ini
Semoga Indonesia tetap bhineka tunggal ika

Kembali Rasa

| Monday, April 23, 2012 | 0 comments |

mengapa kau hadir saat ku tlah mampu mengusir rasaku padamu
 saat tlah kuhapus bayangmu dalam pikiranku
 tlah kulenyapkan namamu yang slalu kusebut
 dan melupakan kenangan tentangmu yang terus menghantuiku
 kini kembali rasa ini membelengguku
 menghanyutkanku dalam ingatan masa lalu
 kekelaman yang terus membuaiku
 haruskah aku pergi jauh darimu agar kau tak lagi tumbuhkan rasaku

Kisahku

| | 0 comments |

selalu begini setiap kisah yang ada,
 sisakan luka yang sulit sirna
 bagi hatiku pun tak mudah kucerna
 akhirnya selalu hanya ku disini
 tanpa dirimu, seorang diri
 mencoba menghapus mimpi
 mimpi tuk akhir bahagia bersamamu
 namun yang ada hanya air mataku
 kau jadi terang dalam gelapku
 kau jadi padi di ladang ilalangku
 kau bintang di malamku
 kaulah bahagia dalam gundahku
 kau tumbuhkan cinta dihatiku
 tanpa ingin kau petik kini
 mawar ini kau abaikan setelah ia semakin besar
 hingga duri lukainya sendiri
 kau buatku berikan cintaku untukmu
 tanpa bisa kau balas rasaku....
 cobalah mengerti,,, bantu aku lenyapkan bayangmu dalam hidupku,...

Terperangkap ikatan tanpa cinta

| | 0 comments |

biarkan aku menjauh
 lepas aku tuk melepasmu
 hapus aku tuk menghapusmu
 kau buat aku terperangkap
 dalam jerat pesonamu
 tanpa dapat kau balas rasaku
 hal tersakit yang kurasa
 adalah memandangmu,berada disisimu
 tanpa kau tau isi hatiku
 kau anggap aku teman
 tanpa tau ku harap lebih...

Mencintaimu dari Sisi yang Lain

| | 0 comments |

rasanya separu jiwaku mati
 saat kau berubah
 saat kau diam
 diriku menjauh namun nurani terus mendekat
 aku ingin kita seolah tak mengenal
 namun aku juga ingin kita seperti dlu
 aku bimbang
kau yang buat ku rasakan semua rasa
 bahagia, sedih, cita, kecewa, tawa, dan tangis
 kau yang ajarkan padaku ttg cinta
 kau segalanya bagiku
 dan kau buat ku merasa menjadi segalanya bagimu
 namun kau kini tlah pergi
 bersama dirinya
 seolah aku tak pernah ada
 seolah aku tak pernah mengisi harimu
 dan seolah aku tak berarti
 kau buat jiwaku mati

Aku inginkanmu, begini adanya

| | 0 comments |

kuharap kau tak kan pernah berubah mencoba menjadi berbeda itu lah dirimu yg tlah mampu menyihirku dg pesonamu kau yg buatku menangis dn tertawa dan kini kau buatku berharap saat mendengar janjimu kau akan berubah perih hatiku takut jiwaku jangan pergi jangan berubah.. Tuhan, jaga dia untukku... berikan dia kekuatan melewati ini semua... menghadapi segala tantangan yang menghadang... dan berhasil menggapai bintang.. jaga dia untukku, Tuhan.. dengan cinta tulusku untuknya.

Saat Kalbu membuka Mata

| | 0 comments |

bahagia dalam perih
 rasa yang sulit terlukis
 memandangmu jadi harapanku
 menemanimu jadi kebahagiaanku
 menjagamu menjadi kebanggaanku
 dan mencintaimu tlah menjadi pilihanku
 kuhanya perlu menunggu waktu
 hingga membukakan mata hatimu
 sadarkan hati yang sakit dan sepi
 meski hanya sedikit untukku
 rasa yang kau balas untuk cinta tanpa syarat yang kuberi

KamuEnAku

| | 0 comments |
Kamu hadir masuki hidupku
Aku tersihir pancaran sinarmu
Kamu berikan harapan
Aku pun coba merajut kisah cinta
Kamu menjadi tokoh utamanya
Aku menjelma menjadi sang pemuja
Kamu yang slalu kubayang
Aku tersenyum saat menatapmu
Kamu tunjukan seolah aku berarti
Aku lakukan semua smampuku untukmu
Kamu miliki cinta lain
Aku hanya menangis dalam bisu
Kamu mulai mengabaikanku
Aku sadar dan menghindar meski hati ini masih memilihmu
Kamu tak lagi pedulikanku
Aku risau tak terbatas
Kamu minta aku pergi
Aku akan menjauh dari jalanmu
Meski....
Kamu segalanya bagiku
Namun aku tahu,
Aku bukanlah apa pun bagimu

Tetap disini bersama perih

| Monday, April 9, 2012 | 0 comments |
Aku tahu kau hanya angan
Aku tahu tak ada yang mampu kulakukan
Segalanya tlah jelas
Segalanya tak berakhir indah denganmu
Jika coba kulukiskan persaan ini
Hanya kanvas putih kosong yang kuserahkan
Berjuta kali kutanya pada hatiku
Namun tetap hati inipun tak menjawab
Aku tahu aku mencintaimu
Namun cinta seperti apa ini
Aku hanya mampu membisu

Aku tahu kau bahkan tak pernah melihatku
Bahkan tanpa sadar mengeluh saat menyadari kehadiranku
Namun senyum palsu itu
Katakan seolah kau nyaman bersamaku

Kini aku coba tak mengusikmu
Meski dengan harapan kau yang datang padaku
Meski hanya sebagai teman yang menyapa
Namun hampa
Tak ada apapun darimu

Aku sadar segalanya tlah tergariskan
Dan aku bukan digaris yang sama denganmu
Namun aku tak ingin melepasmu
Aku ingin memelukmu
Meski dengan kasar kau meronta mencoba lepaskanku
Aku ingin dekat denganmu
Meski tanpa hati kau menolakku
Aku ingin tetap merasakan cinta ini
Meski cintamu bukan untukku
Aku ingin tetap disini

Mimpi

| | 0 comments |
Seorang lelaki datang mengusik malamku
membawakan pesona yang tak sanggupku abaikan
melambaikan tangannya untukku
Menyanyikan lagu cinta
Senyumnya tak mampu membuatku berpaling
Keindahan seolah tercipta hanya padanya
Pandanganku slalu terpaku padanya
Jatuh cintakah aku?
Mungkin...
Yang kutahu hanya hatiku sedang berbunga
Bunga-bunga yang mekar begitu cantik
Detak jantung berirama berpacu
Aku tlah terpesona

Kubuka mataku
Ternyata semua semu
Dia terlalu jauh kuraih
Namun begitu dekat denganku
Hingga aura itu masih terasa
Aku tlah terjebak dalam perangkap pesonanya
Terbuai dalam drama-drama kehidupan yang ku mainkan bersama
Terhanyut dalam puisi-puisi yang tercipta
Terlena hingga rasanya tak ingin bangun dari perangkap ini
Meski sakit kan kurasa
Meski perih kan mendera
Meski aku kan terluka
Aku rela

Namun dalam kerelaan ini
Tak kupungkiri ada ego yang membayang
Aku ingin semua pikiranku yang berujung padanya
Juga menjadi kisah cinta bahagia yang berujung padanya
Dengan senyum dan tawa dan juga dihiasi air mata
Mungkinkah dia menjadi cinta sejati ku
Bila rasa ini pun tak menyentuhnya
Bila hanya aku yang berjuang
Hingga kubinggung apa yang ku perjuangkan
Hingga semua terasa bertambah semu
Haruskah aku bangun dari mimpi indah ini
mimpi indah yang membuat hatiku perih
Mimpi indah yang menyesakkan jiwa

Terimakasih

| Wednesday, March 28, 2012 | 0 comments |

Dalam kelamku kau lukiskan warna-warni hidup
Merajut tawa dan canda
Menghias dengan semangat yang bersinar

Dalam keraguanku
Kau nyalakan kebangkitan
Kau percayakan padaku
Yakinkan bahwa aku mampu

Dalam ketidak berdayaanku
Kau ulurkan tanganmu
Menggenggam tanganku
Menuntunku kembali melangkah

Dalam setiap keraguan
Kau menjadi penunjuk arah untukku
Dalam setiap kata akhirku
Kau selalu membukanya cerita baru

Di hari ulang tahunku kau menjadi hadiah terindahku
Dan saat ini, aku hanya mampu ucapkan terimakasihku

Jembatan Kehidupan (by YoIn)

| | 0 comments |

Melangkahkan kaki
Menapaki dinginnya arus kehidupan
Seolah menyimpan kristal es dalam setiap untaiannya

Tanganku menyentuh pegangan jembatan itu…
Seolah menyentuh air yang membekukan
Menyimpan kenangan yang begitu menyakitkan

Hembusan nafasku menjadi embun ditengah gelapnya kehidupan
Menyeruak bagaikan cahaya mentari pagi hari

Matamu yang seolah menusuk diriku
Bagaiankan mata elang yang menatap mangsanya
Kaulah yang menungguku di seberang sana
Seberang jembatan kehidupanku