Membawa butir-butir peluh yang mulai menetes
Perlahan membasahi dahi serta tengkukku
Mata ini terpejam
Namun jiwaku tak mau terlelap
Bagai terpanggang
Aku matang di negeriku sendiri
Dulu para tua-tua pernah rasakan sejuknya kotaku
Angin hilir mudik
membelai pipi halus pemudi dulu
Bercanda bersama para ilalang yang menjulang
Namun aku
Aku hanya bisa menikmati sejuk dari pendingin udara yang berhembus
Merasakan setiap dinginnya mengusir udara panas yang membelenggu
Meski kutahu, karena ulahku yang egois ini
Anak cucuku akan merasakan neraka sebelum jiwa mereka dipanggil
Merasakan kulit mereka terbakar
Hingga jadi seperti telur-telur gosong
Generasi baru yang sakit
Tetapi salahkah aku
Bukankah manusia juga begitu
Egois
Tak pedulikan orang lain
Asal mendapat kepuasan sendiri
bukankah manusia memang begitu?
Lalu
Haruskah aku menjadi salah satu dari mereka?