Ada sedikit rindu saat kau lenyap
dalam hatiku perlahan merayap
Mengkacaukan setiap barisan cinta
Yang tertata rapi dalam hati
Mengharapkan hadirmu
Meski hanya sekali jarum berdetik
Namun hingga kuterlelap
Hanya kutuai harap
Entah kapan kan bertemu
Melihat wajahmu
Memperhatikan tiap lekuknya
Membiarkanku terperangkap semakin dalam
Semoga saat nanti aku terbangun
Bukan sesal lagi yang kutangkap
Putus Harap #6
aku tak tahu
Masih sanggupkah kaki ku melangkah kesana
Masih sanggupkah batinku menari bahagia
Masih sanggupkah tanganku membangkitkan panggung itu
Masih bisakah jiwaku membangun tawa
Telah kualami
Kala aku tetap diam sepi
Ditengah ribuan orang yang bernyanyi
Menyenandungkan ribuan madah pujian
Itu kala aku belum mati
Dan kini?!
Ketika aku tlah mati
Ketika detak jantung tak lagi menitik
Mungkinkah jiwa ini bergembira?
Bersamamu..
Menerobos waktu
Yang kan membelaiku disaatnya..
Nanti.....
Putus Harap #5
Telah kubuang semua kedok yang ada
Tlah kukubur peran tawaku
Siraman cahaya lampu panggung kini telah redup
Namun drama ini masih berjalan
Meski tak ada pendengar yang mendengar
Meski tak ada penonton peduli
Drama pedih masih mengalir
Meski teriakan penyair-penyair salon telah sunyi
Drama ini masih berlari
Meski semua pemain telah mati
Putus Harap #4
Tlah ribuan keberanian coba kubangun
Berharap ada secercah cahaya kan menaung
Tlah kucoba tegar saat kuucap segala kata
Berharap ada sedikit peduli kala kuminta mengobat luka
Digiring aku dalam tepi jurang bahagia
Namun memang mataku tak kuasa berdusta
Pecah juga tangisku mengoda kesendirianku
dengan harap ada yang melihat kepedihan yang terlukis
perih yang tersayat setiap jengkal hatiku
Namun tak yakin lagi hati ini mampu percaya
Meski barang sebutir debu saja
Tak yakin kan ada obat kan sembuhkan setiap sakitku
Tapi mungkin waktu kan dapat menjawab tanyaku
Dan akhirnya dapat membalutnya dengan tawa lagi
Putus Harap #3
Mungkin tak lagi ada cinta yang dapat mengeringkan air mataku
Terlanjur sudah pipiku terlalu basah dengan pilu
Raga pun kini hanya tergolek
Diam...
Tlah tak ada lagi angan
Meski hanya sepucuk cintamu
Aku tak kan selamanya hanya berputar disini
karna aku hanya membunuh waktu
dan lalu mencoba menjadi aku yang dulu
Mungkin nanti...
Bila waktu mengizinkan,
Bersamamu.... ku akan terbang
Putus Harap #2
Jiwa memintaku waktu tuk terlelap
Tak tanggung, seribu tahunpun jadi
Diiringi tangis, jiwa mulai melayang
Tanpa ada yang melihat
Seolah tak pernah ada
Hanya tinggal, tanpa tanda
Mati
Putus Harap #1
Sesak terasa kala tubuh tak dapat lagi menahan
Terhempas jauh dalam gelap
Yang menyelimuti dalam keputus asaan
Pilihan mati telah diujung pandang
Menggoda begitu menggiurkan
Namun tanpa mati pun rasanya ragaku tlah tak berjiwa
MATI
Aku menangis bersama jerit pilu yang lain
Mengeluh diantara jutaan keluh kesah yang lain
Ratapan tanpa pendengar
Geram tanpa kepedulian
Kadang pikirku melayang
Begitu jauh mencari tempat mengiup
Berharap tanganNya meneduhkan hati
Luka batin terbuka kembali
Meneteskan darah pada jiwa yang mati
Aku menangis tanpa henti
Seperti jiwa yang terkoyak
Perih yang membekap kencang
Menenggelamkan dalam lautan amukan
Aku mengeluh tak berjeda
Berharap kan ada penghiburan di akhir kata
Namun tetap air mata yang menetes
Tanpa tangan yang menghapusnya
Jiwa hitam ini tlah lelah menunggu di mengerti
Tlah lelah mencoba mengerti
Jiwa ini telah habis hanyut bersama waktu
Kini hanya bisa diam
Menuliskan kata tak berarti
Kata tak berhati
Mati
Mengeluh diantara jutaan keluh kesah yang lain
Ratapan tanpa pendengar
Geram tanpa kepedulian
Kadang pikirku melayang
Begitu jauh mencari tempat mengiup
Berharap tanganNya meneduhkan hati
Luka batin terbuka kembali
Meneteskan darah pada jiwa yang mati
Aku menangis tanpa henti
Seperti jiwa yang terkoyak
Perih yang membekap kencang
Menenggelamkan dalam lautan amukan
Aku mengeluh tak berjeda
Berharap kan ada penghiburan di akhir kata
Namun tetap air mata yang menetes
Tanpa tangan yang menghapusnya
Jiwa hitam ini tlah lelah menunggu di mengerti
Tlah lelah mencoba mengerti
Jiwa ini telah habis hanyut bersama waktu
Kini hanya bisa diam
Menuliskan kata tak berarti
Kata tak berhati
Mati
MENYAPA PAGI
Pagi tlah datang sejak embun dipucuk-pucuk daun menetes
Memamerkan kehangatan yang slalu dirindu
Kelopak mata yang tadi masih terkatup rapat
Kini perlahan mulai mengatur cahaya yang sembari tadi
mengetuk masuk
Jemari kecil itu perlahan menyisir raumbutnya yang kusut
Sembari menguap lebar bagaikan raja hutan yang baru
terbangun dari tidur panjang
Digeserny sedikit tubuh cekingnya hingga tegak
Lalu berdiri menyibak gorden
Memberikan ruang bebas untuk cahaya mentari yang semenjak
tadi mencoba menerobos
Dipandanginya jam yang tergantung pasrah pada dinding
Mata kecilnya membelalak
Memang kini sudah tak pagi-pagi benar lagi
Sudah waktunya matanya terbuka lebar-lebar
Namun rasanya jiwanya masih ingin beristirahat seribu tahun
lagi
Sembari mengumpulkan tenaga, sekali lagi dia menguap
Mencoba menyimpan sebentar lelah yang menumpang pada
pundaknya
Hingga kehidupan mengisi penuh rongga-rongga raganya
Dan kini tlah siap menyapa pagi
Pedih
Ribuan keberanian coba kubangun
Berharap ada secercah cahaya balas yang kau kirim
Berharap paling tidak kau tilik sebentar sepi hatiku
Kucoba tegar saat kuucap kata
Berharap ada sedikit peduli dalam nada suaramu
Kala kata ini kulontar
Diiring canda mengiringku menemuimu
Mencoba tunjukan diriku baik-baik saja
Namun memang mataku tak kuasa berdusta
Pecah juga tangisku mengoda kesendirianku
Jutaan senyum dan tawwa kucoba tampilkan
Berharap kau tak melihat kepedihan yang ada
Meski sebenarnya prih tersayat setiap jengkal hatiku
Namun tak apa
Masih saja hati ini berdoa untukmu
Untuk segala kebahagian untukmu
Meski hati ini harus susah payah mengubur pedih dengan jutaan Tawa
Berharap ada secercah cahaya balas yang kau kirim
Berharap paling tidak kau tilik sebentar sepi hatiku
Kucoba tegar saat kuucap kata
Berharap ada sedikit peduli dalam nada suaramu
Kala kata ini kulontar
Diiring canda mengiringku menemuimu
Mencoba tunjukan diriku baik-baik saja
Namun memang mataku tak kuasa berdusta
Pecah juga tangisku mengoda kesendirianku
Jutaan senyum dan tawwa kucoba tampilkan
Berharap kau tak melihat kepedihan yang ada
Meski sebenarnya prih tersayat setiap jengkal hatiku
Namun tak apa
Masih saja hati ini berdoa untukmu
Untuk segala kebahagian untukmu
Meski hati ini harus susah payah mengubur pedih dengan jutaan Tawa