Yang lain sibuk mengejar
Aku hanya berjalan saja
Yang lain tak henti menulis
Aku hanya iseng menggambar
Yang lain tak peduli peluh
Aku bila lelah langsung beristirahat
Yang lain tak henti berusaha
Namun aku justru putus asa
Mengapa aku berbeda
Karna aku bukan mereka!
Aku bukan para pekerja itu
Aku lah penikmat kehidupan
Jangan pernah samakan aku dengan mereka
Jangan pernah
Karena aku adalah aku saja
Aku dan ingatan tentang negriku
Inilah yang kuingat dari negeriku
Para petinggi sibuk saling melembar batu
Tawur memperebutkan kekuasaan
Menyombongkan diri mencari dukungan
Baku hantam sindiran tak henti terjadi
Sedang yang tlah memegang kekuasaan justru mencuri
Uang yang ada entah hilang kemana, entah masuk ke kantong siapa
Yang berkuasa menjelma menjadi tikus negara
Meski dasi tetap dipakainya
Yang tak berdaya bingung dijalan
Menurut kata yang tak pasti
Diombang ambing dalam ketidak biadaban
Membanting tulang mengabaikan peluh
Uang yang diperjuangkan tidak ternikmati
Dirampas para kuasa tak berhati
Genangan lumpur tak henti menewaskan
Sekujur tubuh negri ini tlah lapuk
Tinggal menunggu akhirnya saja
Tapi masih ada sedikit sisa -sisa energi
Mungkin masih cukup untuk bangkit lagi, Indonesia
Asal tak ada ego lagi bagi yang bertahta
Dan para rakyat juga bersatu
Masih bisa
Masih ada kesempatan untuk Indonesiaku
Para petinggi sibuk saling melembar batu
Tawur memperebutkan kekuasaan
Menyombongkan diri mencari dukungan
Baku hantam sindiran tak henti terjadi
Sedang yang tlah memegang kekuasaan justru mencuri
Uang yang ada entah hilang kemana, entah masuk ke kantong siapa
Yang berkuasa menjelma menjadi tikus negara
Meski dasi tetap dipakainya
Yang tak berdaya bingung dijalan
Menurut kata yang tak pasti
Diombang ambing dalam ketidak biadaban
Membanting tulang mengabaikan peluh
Uang yang diperjuangkan tidak ternikmati
Dirampas para kuasa tak berhati
Genangan lumpur tak henti menewaskan
Sekujur tubuh negri ini tlah lapuk
Tinggal menunggu akhirnya saja
Tapi masih ada sedikit sisa -sisa energi
Mungkin masih cukup untuk bangkit lagi, Indonesia
Asal tak ada ego lagi bagi yang bertahta
Dan para rakyat juga bersatu
Masih bisa
Masih ada kesempatan untuk Indonesiaku
Lagi-lagi sajak tentangmu
Terjebak dalam kesendirian
Senyum tak kuciptakan
Lelah telah kupastikan
Rindu dalam hati kutahan
Secepat yang kumampu kuberlari
Bukan keramaian yang kucari
Aku hanya mengejar hari
Menghitung waktu aku menanti
Begitu banyak sajak telah kutulis
Sembari menyeduh secangkir kopi manis
Kupanjatkan segenggam tangis
Menatap hujan gerimis
Kapan waktu kan berlalu
Hingga mampu kulupa kisah tentangmu
Tak lagi ku dirundung pilu
Tangis ku kau bawa ke hulu
Senyum tak kuciptakan
Lelah telah kupastikan
Rindu dalam hati kutahan
Secepat yang kumampu kuberlari
Bukan keramaian yang kucari
Aku hanya mengejar hari
Menghitung waktu aku menanti
Begitu banyak sajak telah kutulis
Sembari menyeduh secangkir kopi manis
Kupanjatkan segenggam tangis
Menatap hujan gerimis
Kapan waktu kan berlalu
Hingga mampu kulupa kisah tentangmu
Tak lagi ku dirundung pilu
Tangis ku kau bawa ke hulu
Diam Saja
Sssstttt
Ssssttt
Sssssssssstttttttttt
DIAM!!
DIAM!!
Tolong diam
Ada seseorang yang butuh ketenangan disini
Rasanya lelah telinga ini
Mendengar jangkrik yang tak henti bercakap
Mendengar raja hutan yang tak henti mendengkur
SSSSSTTTTT
DIAM...DIAM....DIAM!
Diamlah
Diam saja
terkadang itu lebih baik dari pada kau biarkan mulutmu mendengung
Meski yang kau ucap kata-kata seindah mutiara
Namun terkadang diam bisa meredam semua
Meredam amarah sang muda yang tertahan disini
Maka tolong
Kali ini diam saja, cukup!!
Ssssttt
Sssssssssstttttttttt
DIAM!!
DIAM!!
Tolong diam
Ada seseorang yang butuh ketenangan disini
Rasanya lelah telinga ini
Mendengar jangkrik yang tak henti bercakap
Mendengar raja hutan yang tak henti mendengkur
SSSSSTTTTT
DIAM...DIAM....DIAM!
Diamlah
Diam saja
terkadang itu lebih baik dari pada kau biarkan mulutmu mendengung
Meski yang kau ucap kata-kata seindah mutiara
Namun terkadang diam bisa meredam semua
Meredam amarah sang muda yang tertahan disini
Maka tolong
Kali ini diam saja, cukup!!
Sejenak
Perlahan aku terlupa
Akan setiap kenangan
Kala aku disibukan dengan begitu banyak peluh
Waktu tak henti mengejarku
Mendesakku
Memaksaku berlari
Kini aku semakin terkekang
Tak lagi sesakti waktu yang lalu
Hanya menunduk
Malu
Ketika berjuta pertanyaan diajukan
Hanya menunduk
diam
Ketika harus mengisi jawaban
Kenangan tentangmu kini sembunyi
Tak sesering dulu berkunjung diujung pikiranku
Sedikit waktu aku beristirahat
Dari lelahnya mencintaimu
Sejenak...
Hanya Sejenak,...
Sejenak saja
Akan setiap kenangan
Kala aku disibukan dengan begitu banyak peluh
Waktu tak henti mengejarku
Mendesakku
Memaksaku berlari
Kini aku semakin terkekang
Tak lagi sesakti waktu yang lalu
Hanya menunduk
Malu
Ketika berjuta pertanyaan diajukan
Hanya menunduk
diam
Ketika harus mengisi jawaban
Kenangan tentangmu kini sembunyi
Tak sesering dulu berkunjung diujung pikiranku
Sedikit waktu aku beristirahat
Dari lelahnya mencintaimu
Sejenak...
Hanya Sejenak,...
Sejenak saja
Kuasa dan Jelata
Sirine berbunyi
Mobil-mobil berlari
Yang kuasa dilindungi
Yang kuat terbagi
Menjaga yang berpikir
Menata negara rapuh , lapuk
Sepanjang jalan menjadi ramai
Oleh orang berdasi yang bersembunyi
Didalam badak hitam yang dikawal
Dan para jelata hanya bisa menghormati
Para kuasa yang berotak mati
Mobil-mobil berlari
Yang kuasa dilindungi
Yang kuat terbagi
Menjaga yang berpikir
Menata negara rapuh , lapuk
Sepanjang jalan menjadi ramai
Oleh orang berdasi yang bersembunyi
Didalam badak hitam yang dikawal
Dan para jelata hanya bisa menghormati
Para kuasa yang berotak mati
A-B-C-D-E
Tik
Tok
Tik
Tok
Waktu terus berjalan
Ketika ku dihadapkan pada pilihan
5 Jalan yang terbuka
Entah mana yang harus kupilih
1
2
3
4
...
Pertanyaan-pertanyaan tak henti diajukan
Jawaban-jawaban belum selesai dipikirkan
Belum selesai kucari
Memang waktu masih tersisa
Tapi semuanya telah berlari
Sedang aku hanya berjalan
perlahan
deg
deg
deg
Ketika ku ajukan segala jawaban
Tentu tak mungkin kusempurna dengan ragu yang ada
Tapi hasilnya cukup buat senyumku tercipta
Tok
Tik
Tok
Waktu terus berjalan
Ketika ku dihadapkan pada pilihan
5 Jalan yang terbuka
Entah mana yang harus kupilih
1
2
3
4
...
Pertanyaan-pertanyaan tak henti diajukan
Jawaban-jawaban belum selesai dipikirkan
Belum selesai kucari
Memang waktu masih tersisa
Tapi semuanya telah berlari
Sedang aku hanya berjalan
perlahan
deg
deg
deg
Ketika ku ajukan segala jawaban
Tentu tak mungkin kusempurna dengan ragu yang ada
Tapi hasilnya cukup buat senyumku tercipta
Tetaplah
Mungkinkah tiap detik yang kulalui, kini
Dapat menghapus, mengganti yang tlah lalu
Kurasa ragu, tak ingin melepas
Namun, bila yang perih yang kau ganti
Aku akan penuh bahagia
Tapi bukankah tak mungkin tahu manis
bila tak kucecap pahit
Lalu bagaimana?
Janganlah sampai ada yang terganti
Biar yang lalu menjadi yang lalu
Yang kini pun menjadi yang kini
Dapat menghapus, mengganti yang tlah lalu
Kurasa ragu, tak ingin melepas
Namun, bila yang perih yang kau ganti
Aku akan penuh bahagia
Tapi bukankah tak mungkin tahu manis
bila tak kucecap pahit
Lalu bagaimana?
Janganlah sampai ada yang terganti
Biar yang lalu menjadi yang lalu
Yang kini pun menjadi yang kini
Mengapa Aku Harus Mengenalmu
Mataku terbelalak
Terlalu terkejut tuk menahan air matakku
Yang tak henti mengalir
Kala kupandangi dirimu disebrang
Di tempat dirimu memang harus berada, jauh dariku
Setiap gerak-gerikmu tak ada yang tak tertangkap mataku
Hingga beberapa waktu, aku masih disini, dalam bimbang
Rindu yang meluap dan rindu yang menyayat
Kau bahkan tak sedikitpun menyadari hadirku disini
Kutelisik sesaat dalam hatiku
Masih ada rasa yang sama kala dulu masih dekat denganmu
Tanpa kusangka bahkan lebih besar
Tetes beningku masih juga tak terbendung
Sungguh aku terluka disini
Tak dapat bernafas bila tanpa mu
Namun tetap sesak nafasku kala menatapmu
Mengapa aku harus mengenalmu
Bila kini hanya untuk berkubang dalam rasa sakit
Bila hanya membuatku mengenal pahitnya cinta
Namun tak ada kau untukku
Sekali lagi aku disadarkan hanya mampu menatapmu dari jauh
Dan mengejarmu tanpa akan pernah tergapai
Mungkin memang tak akan ada kisah kau kan menjadi milikku
Namun taukah kau, sejak awal aku telah menjadi milikmu
Terlalu terkejut tuk menahan air matakku
Yang tak henti mengalir
Kala kupandangi dirimu disebrang
Di tempat dirimu memang harus berada, jauh dariku
Setiap gerak-gerikmu tak ada yang tak tertangkap mataku
Hingga beberapa waktu, aku masih disini, dalam bimbang
Rindu yang meluap dan rindu yang menyayat
Kau bahkan tak sedikitpun menyadari hadirku disini
Kutelisik sesaat dalam hatiku
Masih ada rasa yang sama kala dulu masih dekat denganmu
Tanpa kusangka bahkan lebih besar
Tetes beningku masih juga tak terbendung
Sungguh aku terluka disini
Tak dapat bernafas bila tanpa mu
Namun tetap sesak nafasku kala menatapmu
Mengapa aku harus mengenalmu
Bila kini hanya untuk berkubang dalam rasa sakit
Bila hanya membuatku mengenal pahitnya cinta
Namun tak ada kau untukku
Sekali lagi aku disadarkan hanya mampu menatapmu dari jauh
Dan mengejarmu tanpa akan pernah tergapai
Mungkin memang tak akan ada kisah kau kan menjadi milikku
Namun taukah kau, sejak awal aku telah menjadi milikmu