Pesona Alam

| Sunday, May 27, 2012 | 0 comments |
Langit masih biru kala senandungku mulai terdengar
Membalut kesunyian menjadi sebuah simfoni
Alam tak hanya diam saat mendengarnya
Pohon-pohon mulai gemerisik
sedang ikan-ikan mulai berkecipakan
Angin sedikit mendesah membangunkan rumput-rumput yang terlelap
Burung-burung pun mengepakkan sayapnya jua

Mentari masih terseyum manis
Sesekali menggerakan tubuhnya mengikuti irama
Sembari memberi kehangatan yang tlah lama tak kurasakan
Kudekap lembut ragaku sendiri
Mencoba larut dalam pesona alam ini

Sayang aku hanya sendiri
terdiam dalam gumaman
Sayang aku begitu sepi
Meski alam berpesta

Aku disini namun lamunan entah kemana melayang
Aku disini namun entah siapa yang bersamaku
Aku disini namun entah siapa yang kufikirkan
Aku disini namun entah siapa yang peduli

Hanya alam yang mendengar
Segala keluh kesah hidup
Sgala rasa gundah dan ragu
sgala kelemahanku
Hanya alam yang menghibur
ditengah isak tangisku
diantara kegelisahan
Disetiap riuh bimbangku
Hanya alam yang ada
hanya pesona alam

Putih Hitam

| Saturday, May 26, 2012 | 0 comments |
Saat jemari kecil itu menari
Memainkan sebuah simfoni
Menggetarkana hati yang mendengar
Merasuk dalam raga dan jiwa
Bisik-bisik kasih yang mengalun
Dari bibir kecil itu
Pelan namun merdu
Menghibur hati yang gundah
Kemilau rambutnya yang hitam
Kehalusan kulitnya yang putih
Tubuhnya yang mungil mulai bergerak
Mengikuti lagu yang berdendang

Namun saat semua cahaya mati
Hanya sisakan kegelapan
Yang datang mencekam
Tanpa ampun menerkam

Jemari itu mulai mencabik sgalanya
Mencipta jutaan jeritan
Mengoyak sanubari yang singgah
Masuk dalam setiap jengkal diri
Teriakan-teriakan siksa yang menggelegar
Dari bibir yang merah
Keras tanpa irama
Menyayat sanubari yang bungah
Kini rambutnya kusut
Kulitnyapun kini pucat seolah tanpa kehidupan
Tubuhnya tak lagi mungil lagi
Mengikuti sgala kebencian yang menyerang

Sang Waktu

| Friday, May 25, 2012 | 0 comments |
Kini waktu menjadi saksi
Setiap kata yang tak terkata
Setiap pertemuan yang tak bertemu
Setiap cinta yang bahkan tak berbalas

Nyaris satu bulan penuh aku begitu sepi
Hampir empat minggu tanpa arti
Dua puluh tujuh hari yang tlah berlalu
Enam ratus empat puluh delapan jam yang bergulir
Tiga ribu delapan ratus delapan puluh delapan menit penuh rindu
Dua puluh tiga ribu tiga ratus dua puluh delapan detik yang memantik sanubari

Andai rasa ini kau sambut
Dengan segala beda yang ada
Dengan sgala rintangan menghalang

Andai takut ini hilang
Hingga rasa ini sanggup kuungkap

Andai waktu mau menunggu
Menunggu aku siap

Andai waktu tak mengejarku
Dan kini hanya menjadi saksi bisu
Kebersamaan yang telah pudar
Sembari menambah keraguan hati kecil ini

Dan bila saatnya tlah terlambat
Hanya isak yang akan terukir
Hanya tangis yang terdengar
Hanya sesal yang mau membalutku

Dan sang waktu akan tertawa
Menertawakan kisah ini
Yang tak pernah indah
Karna sgala ragu yang dicipta...
...Sang Waktu

Kapan

| | 0 comments |
Kapan kau kan kembali
Menghias pelangi hati
Dengan warna warni
Meluluhkan beku jiwa ini
Menjadi kebahagiaan janji

Kapan kau akan datang
Menyapa kesepian hidup
Mengusir gundah
Mengundang senang
Mencolekku jadikan merah pipi mulai bersemu

Kapan kau kan disini
Seperti dulu...
Dalam anganku
Meski semua hanya ilusi
Dosakah aku begitu mengharapkanmu
Yang tak tahu akan ada...
.....Kapan

23 Mei

| Thursday, May 24, 2012 | 0 comments |

Diterpa cahaya lilin yang redup
Tawa dan senyum itu tetap berseri
Menghias malam yang diingin
Bersama belaian angin sunyi
Telah lama kunanti bahagia ini
Saat tangis tak menjeratnya
Lenyap sudah sgala duka lara
Kini hanya sisakan cinta

Biarlah meja-meja berdebum keras
Menghindar dari hujan yang mulai merintik
Mencipta gaduh yang menjadi panik
Namun senyum bahagia itu kembali mempesona

Ini bukan sebuah akhir bahagia
Ini hanya sebuah langkah baru
Yang kan menjadi awal kedewasaan
Yang kan membawanya mennjadi dirinya sejati

Aku ingin waktu berhenti
Agar senyum itu menjadi abadi
Namun aku tahu semua mesti terjadi
Menjadi sebuah rangkaian hidup
Maka semua bahagia akhirnya akan sungguh abadi

Purwokerto, 23 Mei 2012
Saat Bunga Tumbuh Dewasa



Matahariku

| Monday, May 7, 2012 | 0 comments |
Matahari enggan menyapaku
Membiarkan mendung tak henti menggodaku
Matahari tak lagi sehangat dulu
Yang selalu ada untukku
Saat langit kelabu



Matahari tak lagi seperti dulu
Tak lagi tersenyum saat pandang bertemu
Matahari kini sedingin salju
Meninggalkanku yang menggigil bisu
Saat beku menyergapku

Matahari kini tak lagi bersamaku
Aku mencoba relakan kepergiannya
Mencari bintang yang mau temani kesendirianku
Mencari bahagia yang dulu matahari beri untukku
Yang kini telah menjadi debu 

Matahari kini tak lagi disampingku
Meski berjuta kali kumencari
Tak ada bintang yang cukup tuk terangi hidupku
Seperti dulu matahari memandikanku dengan cahayanya
Hanya sakit yang kudapat saat kusadar dia telah pergi

Matahari bukan lagi milikku
Meski sesungguhnya dia tak pernah jadi milikku
Kini dia telah tak ada lagi untukku
Perih yang kurasa tak mampu kusembunyikan
Aku tak kuasa menahan air mata yang mulai merebak
Yang menjadi hujan ditengah mendung

Matahari telah pergi
Dan mungkin tak kembali
Namun cintaku tak mau pergi
Dan meski ku coba hapus
Cinta ini tetap kan kembali